Selasa, 20 Maret 2012

Cerpen "Surat Untuk Diva"

Kebetulan lagi utak atik folder word dan menemukan sebuah file yang agak aneh. Gue buka dan membaca isinya. Yah, gue geli juga bacanya, agak lebay gitu -_-
Mau tau isinya? Jamaah~ *mendadak jadi ustas Maulana*
Let's see~

-------


Aku berjalan menuju kelasku. Tepatnya, di sudut lantai dua. Sangat jauh kan? Itulah salah satu penderitaanku. Ku naiki satu per satu anak tangga dengan langkah yang gontai dan santai. Tiba-tiba…
“Eh bol, lu udah ngerjain peer ga’?” Tanya temanku yang bernama Diva
“Ehh? Emangnya ada peer?” Tanyaku balik
“Aduh.. Clara yang cantik, manis dan juga imut.. *Diva muntah* Lu ga’ ingat peer kita apa?”
“Sori-sori aje Div. Seingat gue, guru-guru ga’ pernah ngasih kita peer deh?”
“Emang  ga’ ada peer. Muka’ lu ko’ kusut banget? Lu ga’ nyetrika sebelum berangkat ya?” Tanya Diva
“Enak aja lu. Disetrika ga’ disetrika, muka gue tetep kusut ko’ *o.O*” Jawabku
“Ehh.. Kita duduk bareng ya.. Ada yang mo gue ceritai ma lu” Lanjutku dan beranjak masuk ke kelas untuk menaruh tas.
Diva mengikutiku dari belakang.
“Heh? Trus, si Sisi ma Silvi mo lu kemanain?” Tanya Diva dengan wajah yang heran
“Sisi ma Silvi duduk bareng lah..” Jawabku dan menaruh tas di samping kursi Diva.
Ku pindahkan tas Silvi ke mejaku tanpa meminta konfirmasinya dan meminta izin kepada Sisi untuk duduk bersama dengan Diva. Sisi mengizinkanku. Yeah!!
“Sial bin mampus” Teriak Diva dan membuatku yang berada di sampingnya dan juga teman-temanku yang lain menoleh ke arahnya.
“Lu kenapa?” Tanyaku dengan wajah yang imut #plakk
Diva yang merasa jadi artis dadakan hanya cengengesan tidak jelas
“Temen-temen, lu balik deh ke alam lu masing-masing” Suruh Diva ke seluruh penjuru kelas
Teman-teman yang menoleh tadi pun melanjutkan aktivitasnya. Tiba-tiba Silvi datang dan memasang wajah polos.
“Lho? Ngapain lu mindahin tas gue?” Tanya Silvi
“Hehehe… Maap yaa.. Gue pinjem tempat duduk lu.. Sehariii aja” Kataku dengan nada memohon.
“Iya deh.. Karna gue baek hati dan tidak kikir kepada siapapun, maka gue terima tantangan lu!” Kata Silvi
“Maksud lu?” Tanyaku dan Diva berbarengan
“Ahh.. Kaga’. Gue keluar dulu yaa.. dadaw!!” Kata Silvi dan melambaikan tangannya
Aku dan Diva yang heran kemudian saling memandang.
“Temen lu aneh yaa?” Tanyaku
“Tau ah.. Gelap” Jawabnya
“Maksud lu?” Tanyaku lagi
“Kaga’ bang..”

Tiba-tiba, bel pertama berbunyi. Tanda mulainya pelajaran
Kriiiing…Kriiiing
“Ihh.. Benci deh gue” Gumam Diva yang tanpa sengaja terdengar olehku
“Lu kenapa?” Tanyaku
“Matematika tau” Kata Diva
“Emang kenapa matematika?” Tanyaku dengan tampang polos
“Dia masuk rumah sakit.. Lu ga’ tau ya?” Tanya Diva
“Ahh?”

Tiba-tiba, guru matematika (Bu’ Rosa) pun datang seperti hari-hari biasanya. Dia membawa beberapa lembar kertas. Aku menoleh ke arah Diva dan melihatnya dengan tampang yang kaget. Keringat mulai bercucuran di penjuru kulitnya. Wajahnya pucat dan tangannya dingin.
“Lu kenapa Div?” Tanyaku dengan nada yang takut
“Gue lupa kalo hari ini kita ulangan Ra” Kata Diva
“WHAT? Kenapa lu ga’ bilang daritadi? Ya ampun, gue ga’  belajar lagi” Sahutku
Aku segera mengambil buku-buku yang berhubungan dengan matematika dari dalam tasku. Ku pelajari seputar tentang ‘logika’. Sial!! Tak ada satupun huruf dan angka yang masuk ke dalam otakku. Diva yang masih pucat melihatku dengan wajah yang bingung.
Kutenangkan diriku. “Tenaang Clara, lu bakalan bisa ngejawab tuh soal. Lu pasti bisa taklukin tuh soal kan ada Sisi hehehe” Batinku.
Saat Bu’ Rosa duduk di kursi yang disediakan khusus untuknya, Reno sang ketua kelas memberi aba-aba untuk memberi salam sebagai tanda penghormatan kepada BELIAU. Setelah itu, Bu’ Rosa membagikan soal. Keringat mulai bercucuran dari pori-pori kulitku. Dapat dipastikan, sekarang wajahku pucat. Sama halnya dengan keadaan Diva.
“Diva, mati kita” Seruku pada Diva yang hanya terdiam tanpa menggerakkan tangannya untuk mengambil ataupun melihat kertas ulangan yang telah dibagikan.
“Woii cebol!!” Kataku dengan sedikit beteriak tepat di telinga Diva.
Diva yang kaget dengan teriakan gratisku, kemudian mengusap-usap telinganya.
“Pelan-pelan woii” Katanya dan juga dengan sedikit berteriak
Bu’ Rosa yang masih membagikan soal pun melihatku dan Diva dengan wajah yang garang dan penuh makna. Aku dan Diva hanya cengengesan tidak jelas mendapat respon yang begitu mengancam.
“Elu sih!!” Kata Diva dengan suara yang sangat kecil
“Lu bilang apa sih?” Tanyaku
“Dasar budek!!” Bisik Diva
Aku menatap Diva sinis. Kemudian, aku mengerjakan soal dan sesekali berbalik ke arah Sisi (jika ada kesempatan) untuk meminta bantuan. Hanya sedikit soal yang bisa kujawab. Benar salahnya, itu urusan belakangan.
1 jam kemudian
Kukumpulkan hasil pekerjaanku (tidak sepenuhnya) kepada Bu’ Angel. Begitupun dengan Diva dan teman-temanku yang lain.

Pukul 14.45

Kriiing…Kriiingg
“Akhirnya” Helaku dan Diva bersamaan
“Clara, Div, lu mo ga’ ke rumah gue?” Seru Cathy
“For what?” Tanya Diva
“Biasalah.. Warnet getooh” Seru Cathy
“Okee deh.. Kalo warnet-warntan, gue mau dahh” Sahutku kegirangan
Diva menatapku dengan tatapan yang rendah.
“Lu mo ikut kaga’? Kita seneng-seneng deh di rumah Cathy
Aku, Diva, Kishy, Nana, Rara dan Yesyu memutuskan untuk pergi ke rumah Cathy. Berhubung karena besok adalah hari libur.
Kami menaruh –lebih tepatnya menitip- tas di rumah Cathy, kemudian pergi ke warnet yang tidak jauh dari rumah Cathy. Hanya berjarak beberapa kilometer *Whaat?* dari rumah Cathy.
Sesampainya di warnet, Nana masuk dan menanyakan apakah warnetnya full atau ada yang kosong. Dan jawabanya TIDAK ADA!!
Sial!! Mau kemana lagi kita ini?
“Eh.. Masih ada warnet lagi” Kata Cathy
“Dimana?” Tanyaku antusias
“Lu antusias banget sih!” Kata Nana, Rara, Yesyu dan Kishy berbarengan
“Ya iyalah.. secara, ini kan pekerjaan dan kebutuhan gue hahaha” Tawaku
Kami berjalan dan mengikuti Cathy. Saat sampai di warnet ke dua, hasilnya tetap sama. WARNET FULL !!
Kami memutuskan untuk kembali ke warnet pertama dan berniat menunggu makhluk yang berada di dalam keluar dengan sendirinya #gubrakk.
Saat dua orang keluar dari dalam, aku dan Kishy masuk dengan antusias
“Gue duluan yaa.. Eh Diva, duit lu dong. Empat rebu aja” Kataku
“Enak aja.. Pake modal lu ndiri dong..” Kata Diva
“Diva cantik, baik. Pliss yaa”
“Nih.. Balikin yaa”
“Siip deh bang” Kataku kemudian masuk mengikuti Kishy
Diva, Nana, Rara Yesyu dan Cathy menunggu hingga ada makhluk-makhluk lain yang keluar dari warnet tersebut. Dan akhirnya, satu per satu dari mereka masuk juga. Aku yang mengambil tempat paling belakang, memutuskan untuk pindah ke depan dengan alasan ingin berdekatan dengan Diva.
Diva, Yesyu dan Rara duduk berjamaah *heh?* sedangkan aku, aku duduk sendiri meratapi gambar (hanya gambar) Cho Kyuhyun yang ada di layar computer depanku. Sesekali, aku mengganggu Diva, Yesyu dan Rara yang sedang melihat info-info terbaru tentang artis-artis korea. Aku menangkap sesuatu yang aneh di antara alamat-alamat web yang dibuka Diva.
“Div, tolong lu buka blog ini” Suruhku pada Diva dan menunjuk salah satu halaman yang di sembunyikan olehnya
“Ga’ mau. Di dalam ada sesuatu yang ga’ boleh lu baca” Tolak Diva
“Sekali aja” Kataku dengan nada yang memelas
Diva pun membuka halaman yang kutunjuk. Aku berniat melihat alamat web yang tertera halaman tersebut. Tapi, hasilnya nihil.
“Sekali lagi Div!” Suruhku dengan sangat antusias
“Bikin repot aja lu. Ini yang terakhir yaa” Kata Diva
Aku mengedipkan mata. Kupasang mataku baik-baik. Diva membuka halaman tersebut dan YESS!! Aku berhasil melihat alamatnya. Aku kembali ke tempatku dan mengajak Rara untuk melihat apa sebenarnya yang di sembunyikan Diva pada blognya itu.
Rara terheran-heran membaca isi blog Diva. Begitupun denganku. Ternyata, dibalik keceriannya, tersimpan banyak kesedihan. Aku membaca semua curhatan yang ditulis Diva pada blognya tersebut.
Sudah 1 jam berlalu, kami memutuskan untuk kembali ke rumah Cathy demi mengambil tas yang sebelumnya kami titipkan disana, kemudian pulang ke rumah masing-masing. Nana yang ingin mengambil video yang telah di-download oleh Kishy sewaktu di warnet tadi, berniat untuk meminjam FD nya. Dengan terpaksa, kami menunggu sampai proses pen-copy-an selesai.
Aku memutuskan untuk meminjam FD Diva. Dan ternyata, hatinya yang baik bak malaikat yang berperawakan iblis meminjamkanku. Proses pen-copy-an pun berlanjut.
Setelah selesai dengan semua urusan, kami pun kembali ke alam masing-masing dengan membawa banyak kue #plakk maksudnya hiburan =.=”.

Sesampainya di rumah
Aku membuka laptop dan memasukkan FD Diva. Kupindahkan semua video yang telah di-download oleh Kishy ke folder khusus. Selanjutnya, kutelusuri semua isi FD Diva. Ada sebuah folder yang berisikan cerita-cerita yang entah cerita apa. Kubuka satu per satu cerita tersebut. Betapa kagetnya diriku. Ternyata cerita itu adalah cerita tentang pengalaman dirinya. Kuarasakan tubuhku berguncang. Aku menangis. Ternyata, dibalik keceriannya selama ini, tersimpan banyak rahasia yang baru kutahu sekarang. Aku membuat surat untuk Diva pada sebuah kertas.


Dear Diva
Lu sabar aja yaa Div. Gue yakin, lu bisa ngejalanin hidup lu. Entah itu lu kembali menjadi anak yang dibanggakan oleh guru dan tidak jomblo seperti gue *itu sih karena gue yang mau hahaha*.
Yang terpenting, sayangilah mereka (lu tau kan?) dan buatlah mereka bangga.
Mudah-mudahan surat ini bermanfaat buat lu.

By : Clara

4 komentar:

Tin mengatakan...

wahh parah nih cerita.. *muntah :p

Ulfah mengatakan...

biarin. Cerita kan punya gue :p

Tin mengatakan...

iya deh Jan.. bedewe, napa lu post di sini lagi? di FB kan udahh -_-"

Ulfah mengatakan...

suka-suka gue dong, ini kan asli karya gue ._.

Posting Komentar