Let's see~
~Catatan Kecil Diva~
----------
Teman?
Nggak ada satupun. Di dunia ini mungkin memang tidak ada teman yang sempurna
yang sesuai dengan tipe temanku. Yang ku anggap teman adalah orang yang mampu
membuatku tenang di saat aku sedang galau. Mampu memberikan solusi terbaik dan
bijak di saat aku butuh saran. Mampu menasihatiku dengan lembut dan tanpa
menyinggungku di saat aku melakukan kesalahan. Mampu menghiburku dengan hiburan
yang benar-benar menghibur di saat aku sedih. Mampu mengerti akan apa yang ku
inginkan. Tidak melakukan hal-hal yang membuatku sebal! Huh.. sulitnya… aku
saja tidak mampu menjadi teman diriku sendiri sebab aku tak mampu melakukan itu
semua.
-----------
Aku membaca
sebuah catatan yang tanpa sengaja kudapatkan di bawah bangku temanku. Kubaca
semua isinya. Ya Tuhan!! Semoga saja bukan dia yang menulis semua ini. Semoga
saja.
Aku melangkah
keluar kelas dan untuk mencari Diva. Ternyata, dia sedang melamunkan sesuatu.
Entah itu cowok idolanya ataukah masalah keluarganya. Aku berharap, semoga aku
dapat mengetahui sebagian dari rahasia yang ia simpan. Bukan untuk
membocorkannya, tapi untuk memahami seperti apa kondisinya. Begitulah makna
dari seorang teman (menurutku).
“Heii Div, ini
catatan lu bukan?” Tanyaku pada Diva dan menyodorkan selembar kertas
Diva yang kaget
menoleh ke arahku dan menatapku dengan tampang yang kesal.
“OMG.. Itu kertas
gue. Lu nemu dimana?” tanyanya dengan memasang wajah yang kaget
“Di bawah meja
lu. Untung aja gue yang nemuin. Coba aja orang lain, bakalan sengsara hidup lu”
Kataku
Diva
merobek-robek kertas yang kusodorkan tadi menjadi serpihan-serpihan kecil lalu
membuangnya ke tempat sampah.
“Lho? Kok dirobek
sih?” Tanyaku
Tidak ada respon
dari Diva. Tiba-tiba Rara datang dengan membawa kebutuhan sehari-harinya (handphone). Rara datang dengan membawa
setumpuk baju #plakk
Rara datang
dengan tampang polosnya *hueek* dan ikut bergabung denganku dan Diva. Jadilah
kami sebuah grup yang dapat dikatakan sebagai grup ‘penggosip’ *hahahaha*
Aku menceritakan
catatan Diva yang telah kubaca tadi kepada Rara. Kenapa aku menceritakan kepada
Rara? Ya!! Karena hanya aku, Rara dan Cathy yang mengetahui sebagian rahasia
Diva. Berhubung karena Cathy sibuk dengan ternak-ternaknya, jadi dia tidak bisa
ikut bergabung dengan kami bertiga.
“Lu yang sabar ya
Div, gue emang bukan temen yang bisa ngebuat lu seneng disaat galau. Tapi, kalo
lu butuh hiburan, gue bisa kok. Gue kan pelawak” Kataku dengan nada menghibur
“Iya Div. gue sih
mau aja ngasih solusi ke elu. Tapi, elunya aja yang ga’ pernah nyeritaiin
masalah lu. Mana bisa gue ma Clara ngebantu lu?” Lanjut Rara
“Betul tuh Div.
Andai aja gue ini *sambil nunjuk diri* aladin, gue bakalan ngabulin semua
permintaan lu” Sambungku
“Semua yang lu
minta Div, semuaaanyaaa” Kata Rara dengan nada yang berlebihan atau bahasa
gaulnya lebay
Diva yang
semenjak tadi hanya berdiam diri di mesjid #plakk
Diva yang
semenjak tadi hanya berdiam diri mendengar dan mencermati semua kalimat yang
dilontarkan oleh bibir seksiku dan juga bibir bonyok Rara *ditabok Rara*, kini
angkat bicara.
“Makasih ya
Clara, Rara. Lu emang temen gue deh poko’nya” Kata rara sambil menggenggam
tanganku dan juga tangan Rara *najong.. Jijay deh (muntah)*
“Eh..
ngemeng-ngemeng, siapa sih cowo’ yg lu idam-idamin?” Tanya Rara antusias
Tiba-tiba Cathy keluar
denga segerombolan ternaknya (Nana, Yesyu dan Kishy) dan bersiul-siul untuk
Diva.
“Ciyee..Ciyee..
Siapa tuh Div?” Tanya Nana dengan nada menggoda
“Apaan sih? Kaga’
ada tau’!” Kata Diva dan beranjak masuk ke dalam kelas
“Eh? Lu mo kemana
Div?” Tanya Cathy
“Mau cari angin.
Mau ikut?” Ajak Diva
“Cari angin ko’
di dalem? Apa jangan-jangan… Lu mo buang angin lagi?” Teriak Yesyu dengan suara
yang sangat besar dan membahana yang membuat semua daun pohon jatuh berguguran
*lebay amat*
“HAHAHAHAHA”
Terdengar sorakan
tawa dari semua murid yang mendengar perkataan Yesyu. Diva yang terlanjur
marah, masuk ke dalam kelas dengan membawa bekal kekesalan dan amarah. Yesyu
yang merasa bersalah, mengikuti Diva.
“Div, maapin
gue!!” Teriak Yesyu
“Iya!!” Teriak
Diva
“Yess.. Gue
dimaapin. Cihuyy” Sorak Yesyu kegirangan
Kulihat Diva
menduduki kursinya. Aku mengikutinya dan duduk di sebelahnya. Bersamaan dengan
itu, bel keramat berbunyi.
Kriiiing…Kriiing
Stengah jam
berlalu
Bosan! Sabuah
kata yang menggambarkan hatiku saat ini. Pelajaran yang membuat kelas sangat
hening, sunyi dan senyap karena tak ada secuil pun ciutan burung yang berkokok
*heh?*
“Hoaam”
Aku menguap.
“Tahan Clara..
Satu jam lagi. Tahaan. Tahaan!!” Batinku dan menyemangati diriku
Aku menoleh ke
arah Diva. Dia sedang menulis sesuatu. Aku tersentak kaget. WHAT? Apakah semua
yang ditulisnya benar-benar pengalamannya? Kusobek selembar kertas lalu
menuliskan sesuatu untuknya.
----------
Dear
Diva…
Gue
ga’ bakalan jauhin lu. Setelah membaca (tepatnya mengintip) semua yang lu
tulis, gue merasa ada sesatu yang nyuruh gue untuk bantuin buat ngadepin
masalah lu. Gue janji. Selama gue bisa bantuin lu, apapun yang lu butuhkan, gue
bakalan kabulin. Ini bukan masalah gue kasian ma elu. Ini semua karena gue
merasa jadi temen lu. Lu ga’ bakalan sendiri. Gue bakalan nemenin lu sampe kita
lulus ato sampe Tuhan misahin kita.
Gue
harap, lu nyimpan catatan ini baik-baik dan ga’ bakalan lupa nih catatan gue ;)
By : Clara
-----------
Aku memberikan
catatan tersebut kepada Diva saat pulang sekolah. Aku tak ingin melihat
reaksinya ketika membaca catatan ini. Aku hanya berharap. Semoga saja catatanku
ini berguna baginya. Semoga saja.
~~~~
END ~~~~
Asli, gaje banget nih tulisan. Sumpah! Gue malu sendiri bacanya -3- /.\
0 komentar:
Posting Komentar