-------
Aku
berjalan menuju kelasku. Tepatnya, di sudut lantai dua. Sangat jauh kan? Itulah
salah satu penderitaanku. Ku naiki satu per satu anak tangga dengan langkah
yang gontai dan santai. Tiba-tiba…
“Eh
bol, lu udah ngerjain peer ga’?” Tanya temanku yang bernama Diva
“Ehh?
Emangnya ada peer?” Tanyaku balik
“Aduh..
Clara yang cantik, manis dan juga imut.. *Diva muntah* Lu ga’ ingat peer kita
apa?”
“Sori-sori
aje Div. Seingat gue, guru-guru ga’ pernah ngasih kita peer deh?”
“Emang ga’ ada peer. Muka’ lu ko’ kusut banget? Lu
ga’ nyetrika sebelum berangkat ya?” Tanya Diva
“Enak
aja lu. Disetrika ga’ disetrika, muka gue tetep kusut ko’ *o.O*” Jawabku
“Ehh..
Kita duduk bareng ya.. Ada yang mo gue ceritai ma lu” Lanjutku dan beranjak
masuk ke kelas untuk menaruh tas.
Diva
mengikutiku dari belakang.
“Heh?
Trus, si Sisi ma Silvi mo lu kemanain?” Tanya Diva dengan wajah yang heran
“Sisi
ma Silvi duduk bareng lah..” Jawabku dan menaruh tas di samping kursi Diva.
Ku
pindahkan tas Silvi ke mejaku tanpa meminta konfirmasinya dan meminta izin
kepada Sisi untuk duduk bersama dengan Diva. Sisi mengizinkanku. Yeah!!
“Sial
bin mampus” Teriak Diva dan membuatku yang berada di sampingnya dan juga
teman-temanku yang lain menoleh ke arahnya.
“Lu
kenapa?” Tanyaku dengan wajah yang imut #plakk
Diva
yang merasa jadi artis dadakan hanya cengengesan tidak jelas
“Temen-temen,
lu balik deh ke alam lu masing-masing” Suruh Diva ke seluruh penjuru kelas
Teman-teman
yang menoleh tadi pun melanjutkan aktivitasnya. Tiba-tiba Silvi datang dan
memasang wajah polos.
“Lho?
Ngapain lu mindahin tas gue?” Tanya Silvi
“Hehehe…
Maap yaa.. Gue pinjem tempat duduk lu.. Sehariii aja” Kataku dengan nada
memohon.
“Iya
deh.. Karna gue baek hati dan tidak kikir kepada siapapun, maka gue terima
tantangan lu!” Kata Silvi
“Maksud
lu?” Tanyaku dan Diva berbarengan
“Ahh..
Kaga’. Gue keluar dulu yaa.. dadaw!!” Kata Silvi dan melambaikan tangannya
Aku
dan Diva yang heran kemudian saling memandang.
“Temen
lu aneh yaa?” Tanyaku
“Tau
ah.. Gelap” Jawabnya
“Maksud
lu?” Tanyaku lagi
“Kaga’
bang..”
Tiba-tiba,
bel pertama berbunyi. Tanda mulainya pelajaran
Kriiiing…Kriiiing
“Ihh..
Benci deh gue” Gumam Diva yang tanpa sengaja terdengar olehku
“Lu
kenapa?” Tanyaku
“Matematika
tau” Kata Diva
“Emang
kenapa matematika?” Tanyaku dengan tampang polos
“Dia
masuk rumah sakit.. Lu ga’ tau ya?” Tanya Diva
“Ahh?”
Tiba-tiba,
guru matematika (Bu’ Rosa) pun datang seperti hari-hari biasanya. Dia membawa
beberapa lembar kertas. Aku menoleh ke arah Diva dan melihatnya dengan tampang
yang kaget. Keringat mulai bercucuran di penjuru kulitnya. Wajahnya pucat dan
tangannya dingin.
“Lu
kenapa Div?” Tanyaku dengan nada yang takut
“Gue
lupa kalo hari ini kita ulangan Ra” Kata Diva
“WHAT?
Kenapa lu ga’ bilang daritadi? Ya ampun, gue ga’ belajar lagi” Sahutku
Aku
segera mengambil buku-buku yang berhubungan dengan matematika dari dalam tasku.
Ku pelajari seputar tentang ‘logika’. Sial!! Tak ada satupun huruf dan angka
yang masuk ke dalam otakku. Diva yang masih pucat melihatku dengan wajah yang
bingung.
Kutenangkan
diriku. “Tenaang Clara, lu bakalan bisa ngejawab tuh soal. Lu pasti bisa
taklukin tuh soal kan ada Sisi hehehe” Batinku.
Saat
Bu’ Rosa duduk di kursi yang disediakan khusus untuknya, Reno sang ketua kelas memberi
aba-aba untuk memberi salam sebagai tanda penghormatan kepada BELIAU. Setelah
itu, Bu’ Rosa membagikan soal. Keringat mulai bercucuran dari pori-pori
kulitku. Dapat dipastikan, sekarang wajahku pucat. Sama halnya dengan keadaan Diva.
“Diva,
mati kita” Seruku pada Diva yang hanya terdiam tanpa menggerakkan tangannya
untuk mengambil ataupun melihat kertas ulangan yang telah dibagikan.
“Woii
cebol!!” Kataku dengan sedikit beteriak tepat di telinga Diva.
Diva
yang kaget dengan teriakan gratisku, kemudian mengusap-usap telinganya.
“Pelan-pelan
woii” Katanya dan juga dengan sedikit berteriak
Bu’
Rosa yang masih membagikan soal pun melihatku dan Diva dengan wajah yang garang
dan penuh makna. Aku dan Diva hanya cengengesan tidak jelas mendapat respon
yang begitu mengancam.
“Elu
sih!!” Kata Diva dengan suara yang sangat kecil
“Lu
bilang apa sih?” Tanyaku
“Dasar
budek!!” Bisik Diva
Aku
menatap Diva sinis. Kemudian, aku mengerjakan soal dan sesekali berbalik ke
arah Sisi (jika ada kesempatan) untuk meminta bantuan. Hanya sedikit soal yang
bisa kujawab. Benar salahnya, itu urusan belakangan.
1
jam kemudian
Kukumpulkan
hasil pekerjaanku (tidak sepenuhnya) kepada Bu’ Angel. Begitupun dengan Diva
dan teman-temanku yang lain.
Pukul
14.45
Kriiing…Kriiingg
“Akhirnya”
Helaku dan Diva bersamaan
“Clara,
Div, lu mo ga’ ke rumah gue?” Seru Cathy
“For
what?” Tanya Diva
“Biasalah..
Warnet getooh” Seru Cathy
“Okee
deh.. Kalo warnet-warntan, gue mau dahh” Sahutku kegirangan
Diva
menatapku dengan tatapan yang rendah.
“Lu
mo ikut kaga’? Kita seneng-seneng deh di rumah Cathy
Aku,
Diva, Kishy, Nana, Rara dan Yesyu memutuskan untuk pergi ke rumah Cathy.
Berhubung karena besok adalah hari libur.
Kami
menaruh –lebih tepatnya menitip- tas di rumah Cathy, kemudian pergi ke warnet
yang tidak jauh dari rumah Cathy. Hanya berjarak beberapa kilometer *Whaat?*
dari rumah Cathy.
Sesampainya
di warnet, Nana masuk dan menanyakan apakah warnetnya full atau ada yang
kosong. Dan jawabanya TIDAK ADA!!
Sial!!
Mau kemana lagi kita ini?
“Eh..
Masih ada warnet lagi” Kata Cathy
“Dimana?”
Tanyaku antusias
“Lu
antusias banget sih!” Kata Nana, Rara, Yesyu dan Kishy berbarengan
“Ya
iyalah.. secara, ini kan pekerjaan dan kebutuhan gue hahaha” Tawaku
Kami
berjalan dan mengikuti Cathy. Saat sampai di warnet ke dua, hasilnya tetap
sama. WARNET FULL !!
Kami
memutuskan untuk kembali ke warnet pertama dan berniat menunggu makhluk yang
berada di dalam keluar dengan sendirinya #gubrakk.
Saat
dua orang keluar dari dalam, aku dan Kishy masuk dengan antusias
“Gue
duluan yaa.. Eh Diva, duit lu dong. Empat rebu aja” Kataku
“Enak
aja.. Pake modal lu ndiri dong..” Kata Diva
“Diva
cantik, baik. Pliss yaa”
“Nih..
Balikin yaa”
“Siip
deh bang” Kataku kemudian masuk mengikuti Kishy
Diva,
Nana, Rara Yesyu dan Cathy menunggu hingga ada makhluk-makhluk lain yang keluar
dari warnet tersebut. Dan akhirnya, satu per satu dari mereka masuk juga. Aku
yang mengambil tempat paling belakang, memutuskan untuk pindah ke depan dengan
alasan ingin berdekatan dengan Diva.
Diva,
Yesyu dan Rara duduk berjamaah *heh?* sedangkan aku, aku duduk sendiri meratapi
gambar (hanya gambar) Cho Kyuhyun yang ada di layar computer depanku. Sesekali,
aku mengganggu Diva, Yesyu dan Rara yang sedang melihat info-info terbaru
tentang artis-artis korea. Aku menangkap sesuatu yang aneh di antara
alamat-alamat web yang dibuka Diva.
“Div,
tolong lu buka blog ini” Suruhku pada Diva dan menunjuk salah satu halaman yang
di sembunyikan olehnya
“Ga’
mau. Di dalam ada sesuatu yang ga’ boleh lu baca” Tolak Diva
“Sekali
aja” Kataku dengan nada yang memelas
Diva
pun membuka halaman yang kutunjuk. Aku berniat melihat alamat web yang tertera
halaman tersebut. Tapi, hasilnya nihil.
“Sekali
lagi Div!” Suruhku dengan sangat antusias
“Bikin
repot aja lu. Ini yang terakhir yaa” Kata Diva
Aku
mengedipkan mata. Kupasang mataku baik-baik. Diva membuka halaman tersebut dan
YESS!! Aku berhasil melihat alamatnya. Aku kembali ke tempatku dan mengajak
Rara untuk melihat apa sebenarnya yang di sembunyikan Diva pada blognya itu.
Rara
terheran-heran membaca isi blog Diva. Begitupun denganku. Ternyata, dibalik
keceriannya, tersimpan banyak kesedihan. Aku membaca semua curhatan yang
ditulis Diva pada blognya tersebut.
Sudah
1 jam berlalu, kami memutuskan untuk kembali ke rumah Cathy demi mengambil tas
yang sebelumnya kami titipkan disana, kemudian pulang ke rumah masing-masing.
Nana yang ingin mengambil video yang telah di-download oleh Kishy sewaktu di warnet tadi, berniat untuk meminjam
FD nya. Dengan terpaksa, kami menunggu sampai proses pen-copy-an selesai.
Aku
memutuskan untuk meminjam FD Diva. Dan ternyata, hatinya yang baik bak malaikat
yang berperawakan iblis meminjamkanku. Proses pen-copy-an pun berlanjut.
Setelah
selesai dengan semua urusan, kami pun kembali ke alam masing-masing dengan
membawa banyak kue #plakk maksudnya hiburan =.=”.
Sesampainya
di rumah
Aku
membuka laptop dan memasukkan FD Diva. Kupindahkan semua video yang telah di-download oleh Kishy ke folder khusus.
Selanjutnya, kutelusuri semua isi FD Diva. Ada sebuah folder yang berisikan
cerita-cerita yang entah cerita apa. Kubuka satu per satu cerita tersebut.
Betapa kagetnya diriku. Ternyata cerita itu adalah cerita tentang pengalaman
dirinya. Kuarasakan tubuhku berguncang. Aku menangis. Ternyata, dibalik
keceriannya selama ini, tersimpan banyak rahasia yang baru kutahu sekarang. Aku
membuat surat untuk Diva pada sebuah kertas.
Dear Diva
Lu
sabar aja yaa Div. Gue yakin, lu bisa ngejalanin hidup lu. Entah itu lu kembali
menjadi anak yang dibanggakan oleh guru dan tidak jomblo seperti gue *itu sih
karena gue yang mau hahaha*.
Yang
terpenting, sayangilah mereka (lu tau kan?) dan buatlah mereka bangga.
Mudah-mudahan
surat ini bermanfaat buat lu.
By : Clara